Marah selalu merugikan

Beban stres karena pekerjaan yang sangat berat akhir-akhir ini, membuat edward merasa emosi dirinya menjadi sangat tidak stabil, dia menjadi lebih cepat tersinggung dan mudah marah, kalau sudah marah, edward selalu mengeluarkan kata cacian kepada orang yang membuat dia tersinggung, banyak sudah orang yang menjadi pelampiasan amarah edward, baik teman, tetangga, bahkan saudaranya sendiri.


Sebenarnya edward sudah merasa sangat bersalah karena menuruti emosinya semata, sehingga dia sudah menyakiti hati dan perasaan orang yang dia kenal, oleh karena itu maka edward memutuskan untuk berkonsultasi dengan ayahnya tentang bagaimana cara dia untuk mengontrol emosinya.Setelah bertemu dengan ayahnya, sang ayah malah memberi dia sebuah papan seukuran buku tulis dan sebuah palu dan sejumlah paku, dan ayahnya memberi perintah, bila edward sedang emosi, maka dia harus melampiaskan dengan cara menancapkan sebuah paku pada papan tersebut.

Dan rupanya edward menuruti nasihat ayahnya, jadi setiap dia akan marah dengan seseorang, segera saja dia pergi untuk mencari papan guna menancapkan paku tersebut, begitulah seterusnya sampai tak sadar paku yang diberi oleh ayahnya sudah habis, dan edward juga merasa emosinya menjadi lebih terkontrol, dengan membawa papan yang telah penuh dengan paku, maka ditemuilah ayahnya untuk memberitahu hasil dari usaha yang telah dia jalani, dan sang ayah berkata “syukurlah kau sudah bisa menahan emosimu, tapi coba lihat keadaan papan yang telah rusak akibat semua emosimu, betapapun kau cabut paku dari papan itu, tetap akan meninggalkan bekas, jadi ingatlah bila kau telah menyakiti perasaan orang lain dan tak perduli berapa kali kau telah meminta maaf, tetap akan membekas pada perasaan orang itu”.(Berbagai sumber).